Rekomendasi Metode Sunat untuk Anak dengan Autisme

Saat ini, dunia kedokteran telah menemukan berbagai metode khitan yang aman untuk si kecil, dari metode sirkumsisi, laser, hingga metode klem. Nah, untuk parents yang memiliki anak dengan autisme tidak perlu khawatir lagi. Berikut ini adalah tips yang bisa perents lakukan untuk menyunat anak dengan autisme.

dr. Akhmad Fahrur Rhozy ya g merupakan dokter sekaligus Praktisi Khitan Gemuk, Estetis dan Khitan Modern, mengungkapkan metode yang paling aman bagi anak dengan autisme adalah konvensional. Dikutip dari laman Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI), metode konvensional atau dikenal dengan sirkumsisi adalah metode bedah minor yang akan memotong kulit kulup penis menggunakan gunting ataupun pisau bedah. Metode yang satu ini hingga kini masih menjadi favorit pada tenaga medis profesional.

“Metode apa sih yang paling nyaman? Otomatis untuk anak autisme ini, satu: cepat. Saya bilang metodenya harus cepat prosesnya, artinya cepat dan aman dari proses permulaan anestesi dan ketika sudah bebal, lakukan proses sunat itu dengan cepat. Kedua: aman, otomatis aman. Bagaimana enggak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, trauma diamputasi dan lainnya,” ungkap dr. Rhozy dalam acara diskusi ‘Sunat untuk Anak dengan Autisme: Kapan Waktu yang Tepat?’ yang diselenggarakan secara virtual oleh Yayasan MPATI, Jumat (20/5).

Nah, parents juga perlu tahu nih. Saat ini, metode sunar klem yang banyak digunakan karena dianggap memiliki keunggulan ternyata tidak direkomendasikan untuk anak dengan autisme, loh!

Klem adalah sunat dengan memasukkan tabung ke kulup yang akan dipotong, kemudian dijepit dengan pengunci klamp. Setelah beberapa hari, tabung yang menempel pada penis itu lalu dicopot. Diklaim metode sunat yang satu ini bisa mengurangi resiko perdarahan dan tanpa disertai penjahitan sehingga lebih mudah dalam perawatan usai khitan.

“Saya bilang paling nyaman enggak ada alat menempel. Kenapa? Kalau ketemu anak autisme yang tantrum, seumur hidup saya 6 tahun sunat modern, jadi ketarik. Jadi waktu itu masih metode lama, lalu diklem jadinya ditarik. Makanya yang tepat adalah paling aman, cepat, dan tidak ada alat menempel,” tuturnya.

Senada, perintis Jakarta Ramah Autisme, Wardi Supardi, juga menyarankan orang tua lebih baik tidak memilih klem sebagai metode sunat bagi si kecil dengan kebutuhan khusus. Sebab, beberapa anak cenderung tidak nyaman dan justru bisa mempersulit proses penyembuhannya.

“Dengan menggunakan alat, ada yang nyaman dan enggak nyaman. Sebagian besar anak malah enggak nyaman dengan alat tambahan. Makanya gunakan metode sunat yang tidak ada alat yang menempel pada tubuhnya. Pakai klem, anak bisa cabut sendiri jadinya bengkak, proses penyembuhan lama. Anak jadi takut disunat, setelah itu enggak mau pegang alat di tubuhnya, selesai,” tutup Wardi.

Nah, walaupun sunat untuk anak dengan autisme memiliki tantangan berlebih, parents bisa tetap melakukannya dengan saran dari dokter profesional ya. So, semoga informasi ini dapat menghilangkan setitik kegundahan parents ya.